Maret 19, 2011

tambak surodadi berselimutkan bakau

Assalamualaikum
TAMBAK SURODADI BERSELIMUTKAN MANGROVE
Oleh : Budi Sulistyawan, SP
Penyuluh Dinas Pertanian Kabupaten Demak
Email : Sulistbudy@yahoo.com/www.budisulist.blogspot.com

Hutan mangrove didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekosistem mangrove bagi sumberdaya ikan dan udang berfungsi sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara juvenil dan berkembang biak. Bagi fungsi ekologi sebagai penghasil sejumlah detritus dan perangkap sedimen. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara. Bagi fungsi ekonomis dapat bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain seperti tannin dan pewarna. Arang dari jenis Rhizophora spp mempunyai nilai panas yang tinggi dan asapnya sedikit. Mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Disamping itu sebagai peredam gelombang dan angin badai, penahan lumpur, perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran permukaan.
Hutan mangrove memiliki produktivitas primer yang paling tinggi. Hutan mangrove dapat memberikan konstribusi besar terhadap detritus organik yang sangat penting sebagai sumber energi bagi biota diperairan sekitarnya. Proses dekomposisi daun mangrove menciptakan rantai makanan detritus yang komplek, sehingga memperkaya produktivitas hewan bentos yang hidup di dasar perairan. Kehadiran organisme dekomposer yang melimpah merupakan sumber makanan bagi berbagai jenis larva ikan, udang, dan biota lainnya yang sudah beradaptasi sebagai pemakan dasar. Detritus yang dihasilkan tidak hanya menjadi dasar bagi pembentukan rantai makanan di ekosistem mangrove, tetapi juga penting sebagai sumber makanan dan nutrient bagi biota di perairan pantai yang berada dekat dengan estuaria. Berdasarkan hasil-hasil studi dibeberapa daerah pantai juga menunjukkan bahwa keberadaan hutan mangrove sangat memberikan manfaat pada masyarakat pesisir, baik yang didapat melalui peningkatan hasil tangkapan, perolehan kayu bakau yang mempunyai nilai ekspor tinggi dan keamanan pantainya.
Desa Surodadi terletak di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. Desa ini merupakan desa pesisir yang memiliki luas tambak seluas 309 Ha. Mata pencaharian masyarakat desa tersebut pada umumnya adalah petani petambak dan nelayan. Sejak tahun 2004 sampai sekarang desa ini melaksanakan penghijauan hutan mangrove yang dipelopori oleh beberapa Kelompok Tani salah satunya adalah Kelompok Tani Setyo Utomo dengan ketuanya adalah Bapak Mastur seorang perangkat desa yang peduli dengan keberadaan hutan mangrove di desa tersebut. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Demak Bidang Perkebunan dan Kehutanan beliau dalam kelompok taninya menjadi penggerak masyarakat untuk menghijaukan tambak mereka yang sebelumnya gersang dengan tanaman mangrove jenis Rhizhopora mucronata. Menurut beliau banyak nantinya keuntungan yang didapat dari tanaman mangrove atau biasa beliau menyebutnya “bakau” tersebut, diantaranya : membuat sejuk, menyuburkan tambak, menyediakan makanan secara alami untuk tambak, penghalau terjangan angin laut yang kencang dan sumber pakan untuk ternak mereka. Selain itu, terjadi peningkatan hasil tangkapan saat pasang surut dimana sebelum tambak ditanami mangrove hasil tangkapan ± 1.5 – 5 Kg, sedangkan setelah ditanami mangrove hasilnya ± 30 – 45 Kg. Dalam mengusahakan penghijauan tambak ini tidak sedikit kendala yang dihadapi diantaranya adalah: anggapan masyarakat awam bahwa mangrove dapat meracuni tambak, pencurian kayu mangrove untuk kayu bakar, mangrove yang masih kecil dimakan kambing yang dipelihara secara liar, pengerukan sungai yang merusak mangrove di pinggir sungai.
Tambak Desa Surodadi hingga saat ini telah terehabilitasi hampir 100 % sehingga ini merupakan salah satu aset yang penting Kabupaten Demak untuk areal percontohan untuk desa lainnya dalam melaksanakan konservasi lingkungan, selain itu memungkinkan dikembangkan sebagai tempat rekreasi wisata mangrove. Hamparan hutan mangrove yang luas di areal tambak membuat kesan yang indah menyenangkan. Suasana yang tenang dengan hembusan angin laut yang sejuk memberikan rasa damai dalam hati. Selain itu kita juga dapat menikmati berberapa hasil tambak desa tersebut yang masih alami diantaranya Bandeng, Udang, Kepiting, Kerang dan lain-lain dengan memesan kepada warga atau Bapak Mastur terlebih dahulu. Tempat ini sangat cocok bagi pengunjung yang ingin melepaskan rasa penat setelah satu minggu bekerja di kota besar. Lokasi hanya berjarak ± 20 km dari semarang dan dapat ditempuh selama ± 45 menit menggunakan kendaraan pribadi.
Keberhasilan Desa Surodadi dalam menghijaukan tambak tidak terlepas dari peran serta Dinas Pertanian Kabupaten Demak Bidang Perkebunan dan Kehutanan. Keberhasilan ini diharapkan mampu diwujudkan dalam pengembangan konsep desa wisata mulai tahun 2011. Menurut Kepala Bidang Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian Kabupaten Demak Ir. I Made Sutapa, MM menjelaskan bahwa Desa Surodadi adalah salah satu desa binaan Dinas Pertanian Kabupaten Demak dalam menghijaukan tambak melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kabupaten Demak yang dimulai sejak tahun 2003 sampai dengan 2008. Pada tahun 2006 Menteri Kehutanan mencanangkan penanaman mangrove di desa tersebut yang sekarang tingginya ± 5 meter. Dengan program tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan mangrove dan menjaga secara bersama sama betapa pentingnya keberadaan hutan bagi kehidupan umat manusia. Ini merupakan awal yang cukup baik dalam membangun Desa Surodadi menjadi lebih sejahtera melalui kegiatan konservasi hutan mangrove sehingga diharapkan banyaknya pengunjung yang datang dapat membeli hasil tambak mereka sebagai buah tangan.
Desa wisata ini akan segera terwujud jika terjalin kerja sama yang sinergis dari berbagai pihak terkait yang memiliki peran didalamnya diantaranya: Dinas Pertanian selaku motor penggerak pembangunan mangrove, Bappeda selaku perencanaan masterplan pembangunan, Dinas Pariwisata dalam menyebarluaskan informasi wisata, Dinas Kelautan dan perikanan dalam pembinaan petani petambak, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Pertambangan dan Energi dalam membangun infrastruktur terutana jalan sebagai akses utama, Kantor Lingkungan Hidup dalam membina lingkungan pesisir, pihak swasta sebagai investor dan istansi terkait lainnya. Dengan kinerja yang sinergi berbagai pihak tersebut optimis tambak berselimutkan mangrove dapat berkembang menjadi salah satu wisata mangrove.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Daftar Blog Saya

Pengikut