November 18, 2009

KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE

KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE,
DAMPAK DAN PEMECAHANNYA
(Studi Kasus Di Kabupaten Demak)
Oleh : Budi Sulistyawan (NIM. K4A008008)

A. PENDAHULUAN
Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan factor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Hutan mangrove memiliki produktivitas primer yang paling tinggi. Hutan mangrove dapat memberikan konstribusi besar terhadap detritus organic yang sangat penting sebagai sumber energi bagi biota diperairan sekitarnya. Proses dekomposisi daun mangrove menciptakan rantai makanan detritus yangkomplek, sehingga memperkaya produktivitas hewan bentos yang hidup di dasar perairan. Kehadiran organisme decomposer yang melimpah merupakan sumbermakanan bagi berbagai jenis larva ikan, udang, dan biota lainnya yang sudah beradaptasi sebagai pemakan dasar. Detritus yang dihasilkan tidak hanya menjadi dasar bagi pembentukan rantai makanan di ekosistem mangrove, tetapi juga penting sebagai sumber makanan dan nutrient bagi biota di perairan pantai yang berada dekat dengan estuaria. Berdasarkan hasil-hasil studi dibeberapa daerah pantai juga menunjukkan bahwa keberadaan hutan mangrove sangat memberikan manfaat pada masyarakat pesisir, baik yang didapat melalui peningkatan hasil tangkapan, perolehan kayu bakau yang mempunyai nilai ekspor tinggi dan keamanan pantainya.
Wilayah pesisir tersebut merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian tanah baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut, sedangkan ke arah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut yang dicirikan oleh jenis vegetasi yang khas. Wilayah pesisir juga merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline) maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas sejajar garis pantai (longshore) dan batas tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore). Batas wilayah pesisir kearah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf) dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kerusakan hutan mangrove telah terjadi di Kabupaten Demak hingga saat ini masih terus terjadi dan kian parah. Kerusakan ini terjadi sebagaian besar karena disebabkan pengelolaan wilayah pesisir yang kurang tepat. Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius agar kelestarian hutan mangrove. Berdasarkan kodisi tersebut di atas, maka kajian ini mengambil kajian studi kasus di wilayah pesisir Kabupaten Demak yakni ingin mengetahui factor apa yang menjadi penyebab kerusakan hutan mangrove dan apa dampak yang ditimbulkan serta bagaimana upaya-upaya pemecahannya.

B. KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE DAMPAK DAN PEMECAHANNYA DI KABUPATEN DEMAK
Kabupaten Demak adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada 6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar 25 km di sebelah timur Kota Semarang. Demak dilalui jalan negara (pantura) yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi. Kabupaten Demak memiliki luas wilayah seluas ± 1.149,77 km², yang terdiri dari daratan seluas ± 897,43 KM², dan lautan seluas ± 252,34 km². Sedangkan kondisi tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas tekstur tanah halus (liat) dan tekstur tanah sedang (lempung). Dilihat dari sudut kemiringan tanah, rata-rata datar. Dengan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut (sudut elevasi) wilayah Kabupaten Demak terletak mulai dari 0 M sampai dengan 100 m. Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 km, terbentang di 13 desa yaitu desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan Kecamatan Karangtengah, Desa Morodemak, Purworejo dan Desa Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Sepanjang pantai Demak ditumbuhi vegetasi mangrove seluas sekitar 476 Ha.
Secara ekologis hutan mangrove telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekosistem mangrove bagi sumberdaya ikan dan udang berfungsi sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara juvenil dan berkembang biak. Bagi fungsi ekologi sebagai penghasil sejumlah detritus dan perangkap sedimen. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara. Bagi fungsi ekonomis dapat bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain seperti tannin dan pewarna. Arang dari jenis Rhizophora spp mempunyai nilai panas yang tinggi dan asapnya sedikit. Mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Disamping itu sebagai peredam gelombang dan angin badai, penahan lumpur, perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran permukaan (Bengen, 1999).
Beberapa faktor yang menjadi penyumbang terbesar kerusakan ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Demak adalah: pertambakan, penebangan, reklamasi/ konversi lahan menjadi pemukiman dan sedimentasi, serta pencemaran lingkungan.
1. Pertambakan
Konversi ekosistem mangrove menjadi tambak merupakan faktor utama penyebab hilangnya hutan mangrove dunia, tidak terkecuali di pesisir Kabupaten Demak. Di kawasan ini tambak merupakan pemandangan umum, baik tambak udang dan bandeng maupun tambak garam. Pada musim penghujan, tambak garam yang bersalinitas tinggi biasanya juga diubah menjadi tambak bandeng.
Tambak-tambak ikan dan udang di kawasan ini dikelola secara intensif hingga jauh ke arah daratan. Hampir semua pantai yang mengalami sedimentasi membentuk dataran lumpur dan memiliki ekosistem mangrove diubah menjadi areal tambak.
2. Penebangan
Pencurian kayu untuk bangunan rumah maupun kayu bakar dan juga merupakan bahan pembuat arang yang baik.
3. Reklamasi/ konversi lahan menjadi pemukiman.
Reklamasi pantai untuk kepentingan industri dan pelabuhan telah banyak dilakukan di pantai utara Jawa. Di Kabupaten Demak, reklamasi pantai untuk kegiatan usaha relatif masih terbatas. Dibeberapa tempat dibangun rumah, TPI dan tempat wisata.
4. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan faktor dinamis yang dapat mendorong terbentuknya ekosistem mangrove, namun sedimentasi dalam skala besar dan luas dapat merusak ekosistem mangrove karena tertutupnya akar nafas dan berubahnya kawasan rawa menjadi daratan. Sedimentasi di pesisir Kabupaten Demak di beberapa tempat memungkinkan terus bertambah luasnya daratan ke arah laut sehingga terbentuk tanah timbul, dan memungkinkan pertumbuhan ekosistem mangrove.
5. Abrasi
Abrasi pantai akan merusak hutan mangrove, namun hutan mangrove dapat mencegah terjadinya abrasi karena hutan mangrove mengikat tanah dengan kuat.
6. Pencemaran lingkungan.
Pencemaran dari limbah pertanian dan limbah rumah tangga serta industry menyumbang pencemaran yang cukup tinggi sehingga akan meracuni mangrove. Bahan pencemar seperti minyak, sampah, dan limbah industry dapat menutupi akar mangrove sehingga mengurangi kemampuan respirasi dan osmoregulasi tumbuhan mangrove, dan pada akhirnya menyebabkan kematian.
Dampak dari kerusakan ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Demak adalah Pengubahan fungsi hutan mangrove menjadi fungsi lain secara tidak wajar akan mengakibatkan timbulnya keadaan yang tidak sesuai dengan kaifah pembangunan yang berkelanjutan. Alih fungsi hutan mangrove saat ini banyak digunakan untuk pembukaan areal tambak baru, tempat rekreasi, pelabuhan dan lain-lain ternyata menurut para ahli dan pemerhati lingkungan hidup berpendapat bahwa dari segi ekonomi makro, alih fungsi hutan mangrove menjadi areal tambak tidak akan memberikan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan membiarkan ekosistem mangrove sebagai habitat biota secara alamiah. Alih fungsi mangrove maka akan merusak siklus rantai makanan bagi seluruh biota ekosositem mangrove yang juga berkaitan dengan biota yang di depannya yakni padang lamun dan terumbu karang, karena anda interaksi yang sangat kuat dari ketiga ekosistem tersebut. Apabila fungsi-fungsi hutan mangrove akibat alih fungsi maka otomatis akan akan mengganggu bahkan merusak kedua ekosisitem lain. Pada akhirnya menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia karena menurunnya sumber daya hayati seperti stok ikan, kepiting dan lain-lain.
Pemecahan masalah terhadap kerusakan ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Demak adalah restorasi ekositem mangrove. Restorasi diperlukan apabila ekosistem telah terdegradasi dan berubah jauh, tidak dapat memperbaharui diri secara alami untuk kembali ke kondisi semula, serta tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya, sehingga memerlukan pengelolaan dan perlindungan Tujuan utama restorasi mangrove adalah mengelola struktur, fungsi, dan proses-proses ekologi pada ekosistem tersebut, serta mencegahnya dari kepunahan, fragmentasi atau degradasi lebih lanjut Ekosistem mangrove di Jawa mengalami penurunan sangat drastis, akibat tingginya tekanan pertambahan penduduk yang berimplikasi pada besarnya kegiatan pertambakan, penebangan hutan, reklamasi dan sedimentasi, serta pencemaran lingkungan, sehingga perlu dilakukan restorasi untuk mengembalikan karakteristik dan fungsi ekosistem ini. Hutan mangrove yang rusak dapat melakukan penyembuhan sendiri melalui suksesi sekunder dalam periode 15-30 tahun, dengan syarat sistem hidrologi pasang-surut tidak berubah, dan tersedia biji (propagul) atau bibit. Tindakan sengaja dengan restorasi buatan seringkali diperlukan untuk memastikan berhasilnya proses penyembuhan alami tersebut.
Kegagalan restorasi mangrove dapat disebabkan kesalahan pemahaman pola hidrologi, perubahan arus laut, tipe tanah, pemilihan spesies, penggembalaan hewan ternah, sampah, kelemahan manajemen, dan ketiadaan partisipasi masyarakat. Di pesisir Kabupaten Demak, partisipasi kelimpok-kelompok tani dalam manajemen pengelolaan mangrove sangat menentukan keberhasilan restorasi mangrove. Masyarakat diwajibkan menjaga kelestarian mangrove, sebagi imbalannya mereka mendapatkan manfaat ekologi seperti perlindungan garis pantai dan terjaganya biodiversitas ikan, serta manfaat ekonomi secara langsung berupa produk kayu Rhizophora dan bibit Rhizophora yang dijual untuk kepentingan program restorasi. Kawasan ini merupakan salah satu salah pusat pembibitan Rhizophora terbesar di Jawa.
Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang dalam konteks pengelolaan sumbedaya alam, termasuk ekosistem hutan mangrove adalah pengelolaan berbasis masyarakat (Community Based Management) yang mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan. Mengelola di sisi mengandung arti, masyarakat ikut memikirkan, memformulasikan, merencanakan, mengimplemetasikan, mengevaluasi maupun memonitorinya, sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Dengan istilah community-based management itu juga mengandung arti suatu pendekatan (approach), dalam hal ini pendekatan dari bawah (bottom-up approach), sebagai kebalikannya pendekatan dari atas (top-down approach). Dasar pemikiran atau landasan berpijak pada pemberdayaan mangrove bagi kesejahteraan masyarakat pesisir berbasis masyarakat adalah keberlanjutan (sustainability) usaha pemanfaatan dan pelestarian hutan mangrove, baik ditinjau dari aspek sosial-ekonomi maupun aspek lingkungan hidup, dan bersifat merakyat (bottom up).
Sifat merakyat ini merupakan bentuk implementasi dari kebutuhan, kemampuan dan kesepakatan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Program ini bertujuan untuk:
1. Mengembangkan suatu bentuk pengelolaan pesisir terpadu dimana masyarakat menjadi pelaku utama dalam pemanfaatan lahan mangrove sebagai areal pertambakan secara berkelanjutan.
2. Menumbuhkan tanggung jawab masyarakat dengan cara meningkatkan kepedulian dan partisipasi mereka dalam menjaga dan melestarikan sumberdaya alam di lingkungan mereka.

C. KESIMPULAN DAN SARAN
Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 km, terbentang di 13 desa yaitu desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan Kecamatan Karangtengah, Desa Morodemak, Purworejo dan Desa Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Sepanjang pantai Demak ditumbuhi vegetasi mangrove seluas sekitar 476 Ha.
Beberapa faktor yang menjadi penyumbang terbesar kerusakan ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Demak adalah: pertambakan, penebangan, reklamasi/ konversi lahan menjadi pemukiman dan sedimentasi, serta pencemaran lingkungan. Akibat kerusakan mangrove maka otomatis akan akan mengganggu bahkan merusak kedua ekosisitem lain dan pada akhirnya menurunkan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia karena menurunnya sumber daya hayati seperti stok ikan, kepiting dan lain-lain. Pemecahan masalah terhadap kerusakan ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Demak adalah restorasi ekositem mangrove dengan keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan. Dasar pemikiran atau landasan berpijak pada pemberdayaan mangrove bagi kesejahteraan masyarakat pesisir berbasis masyarakat adalah keberlanjutan (sustainability) usaha pemanfaatan dan pelestarian hutan mangrove, baik ditinjau dari aspek sosial-ekonomi maupun aspek lingkungan hidup, dan bersifat merakyat (bottom up).

D. DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL. IPB. Bogor.
Setyawan, A.D. dkk. 2004. Tumbuhan mangrove di Jawa: 2. Restorasi. Biodiversitas 5 (2): 105-118.
Setyawan, A.D. K. Winarno. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Biodiversitas 7 (2): 159-163.
Snedaker. 1978. Mangrove; their values and perpetuation. National Resources. 14:6-13. klik http://www.jualan.dizza.co.cc

INDUSTRI MEMILIH LOKASI DI PESISIR

INDUSTRI MEMILIH LOKASI DI PESISIR
Oleh : Budi Sulistyawan (NIM. K4A008008)

A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang diapit oleh 2 benua (Asia dan Australia) dan 2 samudra (Pasifik dan Indonesia). Karenanya, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dengan perairan pantainya seluas 5.8 juta km².
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian tanah baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut, sedangkan ke arah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian. Daerah pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir yang meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan ekonomi Indonesia. Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber pangan yang diusahakan melalui kegiatan perikanan dan pertanian, tetapi merupakan pula lokasi bermacam sumberdaya alam, seperti mineral, gas dan minyak bumi serta pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran.
Di daratan pesisir, terutama di sekitar muara sungai besar, berkembang pusat pusat pemukiman manusia yang disebabkan oleh kesuburan sekitar muara sungai besar dan tersedianya prasarana angkutan yang relatif mudah dan murah, dan pengembangan industri juga banyak dilakukan di daerah pesisir. Jadi tampak bahwa sumberdaya alam wilayah pesisir Indonesia telah dimanfaatkan secara beranekaragam. Namun perlu diperhatikan agar kegiatan yang beranekaragaman dapat berlangsung secara serasi. Suata kegiatan dapat menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan kegiatan lain. Misalnya limbah industri yang langsung dibuang ke lingkungan pesisir, tanpa mengalami pengelohan tertentu sebelumnya dapat merusak sumber daya hayati akuatik, dan dengan demikian merugikan perikanan.
Dalam struktur perekonomian suatu Negara, sektor industri telah memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional, yang tidak saja berpotensi memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah lapangan kerja dan juga devisa Negara. Dalam membangun industri perlu memperhatikan berbagai faktor dan harus memperhitungkan keuntugan dan kerugian dari berdirinya suatu industri. Adapun saat ini Negara Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat membangun untuk menuju sebagai Negara industri dengan tujuan mampu memenuhi kebutuhan penduduknya secara mandiri.
Departemen Kelautan dan Perikanan memperkirakan, saat ini lebih dari 80% areal industri di Indonesia berlokasi di kawasan pesisir yang berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkungan pesisir dan kualitas ekosistem laut serta rawan terhadap bencana tsunami (www.kapanlagi.com).
Dalam tulisan ini akan diuraikan factor – factor apakah yang menyebabkan industri memilih lokasi di pesisir.

B. INDUSTRI MEMILIH LOKASI DI PESISIR
Pengertian Industri adalah proses produksi yang mengolah bahan menjadi barang jadi sehingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Namun perlu kita ketahui konsep tentang pengertian indsutri dari berbagai sudut. Dalam arti sempit, Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dalam arti luas, (umum) Industri adalah merupakan bentuk usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Menurut UU Nomor 5 tahun 1984, pengertian industri diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau setengah jadi, menjadi barang jadi yang bernilai lebih tinggi bagi penggunanya.
Adapun tujuan pembangunan sektor industri di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi.
d. Mengurangi angka pengangguran.
e. Memanfaatkan potensi sumber daya alam sehingga terbentuk lapangan kerja dan kesempatan kerja.
f. Meningkatkan penerimaan devisa Negara.
Keanekaragaman industri di suatu Negara sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu pada sumber bahan baku, sumber daya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tersedianya modal. Berikut ini klasifikasi industri yang terdapat di Indonesia:
1. Berdasarkan bahan baku
a. Industri ekstraktif, adalah industri yang mengambil bahan baku langsung dari alam. Seperti pertambangan, pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan sejenisnya. Industri ekstraktif harus didirikan dekat dengan bahan baku. Misalnya industri semen ditempatkan di wilayah yang terdapat batuan gamping sebagai usaha untuk menghindari besarnya biaya angkut bahan mentah menuju tempat pengolahan (produksi). Industri ekstraktif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 industri reproduktif, yaitu industri yang mengambil bahan bakunya dari hasil alam, tetapi dapat selalu memperbaiki atau menggantinya. Misalnya industri pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
 industri manufaktur, yaitu industri yang mengolah bahan baku dan menjadikan menjadi barang lain yang dapat digunakannya sehari-hari atau menjadikan bahan baku lain yang digunakan oleh industri lain.
b. Industri non ekstraktif, adalah industri yang mengambil bahan bakunya dari tempat lainatau disediakan oleh industri lain. Industri ini dapat ditempatkan dimana saja, tergantung kemana mana yang paling tepat dan menguntungkan. Misalnya: Industri sepatu di Bogor mengambil bahan baku kulit dari industri kulit di Bandung.
c. Industri jasa (fasilitatif), adalah industri yang menjual jasa untuk keperluan orang lain. Misalnya: perdagangan, perbankan, komunikasi, dan transportasi.
2. Berdasarkan tenaga kerja
a. Industri rumah tangga
Industri ini menggunakanjumlah tenaga kerja 1 – 4 orang. Contoh industri anyaman, rajutan, industri kue skala rumah tangga dan industri rumah tangga lainya.
b. Industri kecil
Industri ini menggunakan tenaga kerja berjumlah antara 5 – 19 orang. Contoh industri ini batu bata, keramik, genteng.
c. Industri sedang
Industri ini menggunakan tenaga kerja berjumlah 20 – 99 orang. Contohnya industri konveksi.
d. Industri besar
Industri ini menggunakan tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang. Contohnya industri perakitan mobil, tekstil, dan peleburan besi baja.
3. Berdasarkan produktifitas
a. Industri primer
Industri yang menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk dari bahan baku/mentah masih tampak. Contohnya industri pengasinan ikan, penggilingan padi, anyaman.
b. Industri skunder
Industri yang menghasilkan barang yang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan bentuk bahan baku sudah tidak tampakk lagi. Contohnya industri tekstil, dan industri ban.
c. Industri tertier
Industri yang bergerak di bidang jasa. Contohnya perbankan, asuransi, perdagangan, dan transportasi.
4. Berdasarkan lokasi
a. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry)
Industri ini didirikan berdekatan dengan potensi pasar atau potensi manusia sebagai konsumen. Misalnya industri makanan dan minuman. Hal ini disebabkan karena hasil produksi (barang jadi) mudah rusak/basi sehingga harus cepat-cepat sampai ke tangan konsumen.
b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (Labour oriented industry)
Industri ini didirikan berdekatan dengan pemusatan manusia yang berpotensi sebagai tenaga kerja. Misalnya indsutri rokok dan industri garment (tekstil)
c. Industri yang berorientasi pada bahan baku (Raw material oriented industry). Industri ini didirikan dekat dengan ketersediaan bahan baku sebagai roda penggerak utama industri. Misalnya industri semen. Hal ini dipikirkan karena bahan baku yang yang digunakan oleh industri tersebut mudah rusak dan volumenya berat, jika dilakukan pengangkutan maka biayanya menjadi lebih mahal.
d. Industri yang berorientasi pada tempat pengolahan. Industri ini didirikan dekat dengan tempat pengolahan. Misalnya industri pengalengan ikan.
5. Berdasarkan bahan mentah
a. Industri pertanian (agraris)
Industri yang mengolah bahan-bahan mentah hasil dari pertanian. Contohnya industri kopi, minyak goreng, gula.
b. Industri non pertanian
Industri yang mengolah bahan-bahan mentah hasil dari pertambangan. Contohnya industri semen. Emas, peleburan besi dan baja.
6. Berdasarkan proses produksi
a. Industri hulu
Industri yang yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Contohnya industri alumunium, industri perkayuan.
b. Industri hilir
Industri yang mengolah barang-barang setengah jadi menjadi barang sjadi atau barang yang dihasilkan siap untuk dipakai oleh konsumen.
Contohnya industri pakaian (konveksi), industri furniture, industri peralatan rumah tangga.
7. Berdasarkan sumber modal
a. PMDN (penanaman modal dalam negeri)
Industri yang berjalan dengan modal yang sepenuhnya berasal dari dalam negeri, baik pemerintah maupun pengusaha swasta nasional.
b. PMA (penanaman modal asing)
Industri yang berjalan dengan modal sepenuhnya berasal dari Negara lain (penanaman modal asing)
c. Joint venture (patungan)
Industri yang modalnya patungan berasal dari dalam dan luar negeri.
8. Berdasarkan produk yang dihasilkan
a. Industri berat
Industri yang menghasilkan mesin atau alat produksi.
b. Industri ringan
Industri yang menghasilkan barang bagi konsumen.
9. Berdasarkan subjek pengelola
a. Industri rakyat
Industri yang dikelola oleh rakyat. Contohnya industri genteng, keramik, batu bata.
b. Industri Negara
Industri yang dikelola oleh Negara. Contohnya BUMN seperti Pertamina, pupuk, PLN, kertas
10. Berdasarkan ketetapan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
a. Aneka industri
Industri yang bertujuan memenuhi keaneka ragaman kebutuhan masyarakat. Misalnya industri tekstile seperti benang, kain, dan pakaian. Industri alat listrik seperti kipas angina, AC, lemari es. Industri pangan, seperti minyak goreng, terigu, minuman soda. Industri bahan bangunan seperti kayu, marmer. Industri kimia seperti tinta, sabun, plastic.
b. Industri kecil
Industri yang menggunakan teknologi sederhanan serta modalnya ataupun tenaga kerjanya kecil. Contoh industri rumah rumah tangga.
c. Industri kimia dasar
Industri ini memerlukan modal besar, keahlian dan teknologi tinggi. Contohnya industri agrokimia seperti pupuk urea, industri kima anorganik seperti industri semen, asam sulfat dan kaca. Industri selulosa dan karet misalnya industri kertas, pulp, dan ban. Industri kimia organic misalnya industri bahan peledak dan kimia tekstil.
d. Industri logam dasar dan mesin
Industri ini mengolah bahan mentah logam dasar menjadi mesin-mesin untuk peralatan industri lain dan termasuk perakitan. Misalnya industri mesin perkakas, mesin kontruksi, industri elektronika, industri perakitan poesawat, mobil dan motor.
Lokasi industri yang tepat merupakan salah satu penentu keberhasilan dan terus berlangsungnya kemajuan suatu industri. Ada beberapa teori yang dikemukan untuk mengkaji lokasi industri, antara lain teori Weber, Losch, dan Isard.
 Teori Lokasi Weber.
Menurutnya penetapan lokasi yang optimal adalah menetapkan lokasi industri dengan meminimalkan biaya transportasi. Biaya pengangkutan merupakan penjumlahan ongkos pengangkutan bahan baku ke lokasi dan ongkos pemasaran barang dari lokasi produksi menuju pasar. Namun ongkos angkut barangpun harus proposional dengan jarak tempuh dan berat barang yang diangkut. Jadi menurut Weber lokasi yang terbaik adalah tempat yang biayanya paling minimal. Untuk mempertimbangkan lokasi industri yang seperti itu dapat diasumsikan enam prakodisi sebagai berikut:
 Wilayahnya seragam (topografi), iklim, dan penduduknya (penduduk yang dimaksud adalah bertalian dengan keterampilan dan penguasanya/ pemerintahnya).
 Sumber daya/ bahan mentah yang digunakan. Misalnya jika hanya mengangkut air dan pasir tentu dapat dilakukan di mana saja karena kedua sumber daya itu banya terdapat dimana-mana, tetapi tambang seperti batu bara dan besi tentu terbatas di beberapa tempat saja.
 Upah buruh, ada upah yang baku artinya sama di mana-mana, tetapi ada pula upah yang merupakan produk dari persaingan antar penduduk.
 Biaya transportasi yang tergantung bobot bahan mentah yang diangkut serta jaraknya antara terdapat sumber daya dengan lokasi industri.
 Terdapatnya kompetisi antara industri.
 Pikiran yang rasional.
 Teori Lokasi industri menurut Losch
Teori ini dipublikasikan pertama kali dalam buku yang berjudul Economic Location pada tahun 1954. Losch berpendapat ada 2 prinsip sebagai batasan bagi pengambilan keputusan memilih suatu lokasi industri, yaitu:
 Rasio antara berat bahan baku dengan produk akhir, baik ongkos pengangkutan maupun ongkos produksi dan tempat yang memberikan ongkos paling kecil merupakan lokasi yang dipilih sebagai lokasi industri.
 Besar kecilnya penjualan hasil perusahaan di suatu tempat tergantung pada jumlah pembeli dan kemampuan ekonominya. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan setiap daerah merupakan penentu untuk memilih lokasi industri. Prinsip-prinsip inilah yang menyebabkan industri cenderung beraglomerasi).
 Teori Lokasi industri menurut Isard
Teori ini menekankan bahwa keputusan memilih lokasi industri ditentukan oleh factor jarak, aksesibilitas (keterkaitan), dan keuntungan aglomerasi. Untuk menentukan lokasi industri merupakan suatu penyeimbang biaya-biaya yang dihadapi dan pendapatan pada keadaan ketidakpastian yang berbeda-beda.
Ada tiga factor yang mempengaruhi keuntungan relative dari lokasi industri, yaitu:
 Biaya masukan, mencakup biaya tenaga kerja, bahan bakar, pajak, dan asuransi.
 Biaya-biaya transport, mencakup biaya untuk memindahkan masukan produk dan peralatan tenaga kerja.
 Keuntungan apabila aglomerasi.
Tujuan dari penentuan lokasi industri adalah memperbesar keuntungan dan menekan biaya produksi serendah-rendahnya. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi industri, yaitu:
a. bahan mentah
b. modal
c. tenaga kerja
d. sumber energi
e. transportasi
f. pemasaran
g. peraturan/ perundang-undangan
h. iklim
i. system perpajakan
j. lingkungan yang kondusif.
Penempatan lokasi industri juga berorientasi atau memiliki kecenderungan pada factor-faktor yang mendukungnya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah orientasinya terhadap bahan baku, sumber energi, tenaga kerja, transportasi, dan pasar.
Lingkungan pesisir di pilih menjadi lokasi dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
a. Topografi yang datar sehingga memudahkan pembangunan gedung dan lain-lain.
b. Kemudahan distribusi produk. Dekat dengan transportasi laut yang murah dibanding transportasi udara maupun darat..
c. Tenaga kerja murah dan jumlah yang mencukupi.
d. Kemudahan pengelolaan limbah, karena pembuangan akhir adalah ke laut. Hal ini berkaitan dengan penghematan.
e. Harga tanah yang relative murah.

C. KESIMPULAN
Industri adalah proses produksi yang mengolah bahan menjadi barang jadi sehingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Adapun tujuan pembangunan sektor industri di Indonesia adalah sebagai berikut:
g. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.
h. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
i. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi.
j. Mengurangi angka pengangguran.
k. Memanfaatkan potensi sumber daya alam sehingga terbentuk lapangan kerja dan kesempatan kerja.
l. Meningkatkan penerimaan devisa Negara.
Lingkungan pesisir di pilih menjadi lokasi dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
a. Topografi yang datar sehingga memudahkan pembangunan gedung dan lain-lain.
b. Kemudahan distribusi produk. Dekat dengan transportasi laut yang murah dibanding transportasi udara maupun darat..
c. Tenaga kerja murah dan jumlah yang mencukupi.
d. Kemudahan pengelolaan limbah, karena pembuangan akhir adalah ke laut. Hal ini berkaitan dengan penghematan.
e. Harga tanah yang relative murah. klik http://www.jualan.dizza.co.cc

konservasi mangrove

ditunggu ya !!!

Cari Blog Ini

Daftar Blog Saya

Pengikut